Sabtu, 27 Februari 2010

GELANG KEBESARAN RAJA PERSIA

Oleh: Fahri Hidayat

Hari itu kota Makah di gemparkan oleh sebuah sayembara. Tidak tanggung-tanggung, hadiah bagi pemenang sayembara itu adalah 100 ekor unta betina muda yang hampir beranak. Hadiah sebesar itu akan di berikan untuk seseorang yang bisa membawa Nabi Muhammad dalam keadaan hidup atau mati kepada Abu Jahal dan para petinggi Qurais lainnya.

Bagi Suroqoh, sayembara ini adalah sebuah tantangan yang sangat menarik. Di masyakatnya, dia terkenal dengan kepandaiannya melacak jejak. Maka, kesempatan inipun tidak di biarkannya berlalu begitu saja. Hanya untuk mencari satu orang saja, ia akan memperoleh imbalan 100 ekor unta betina. Baginya, ini adalah peluang besar yang jarang ada.


Nabi Muhammad pada saat itu memang dalam posisi yang sangat sulit. Para petinggi Qurais telah memblokir semua akses jalan keluar dari Makah. Sehingga satu-satunya tempat besembunyi Nabi saat itu adalah Gua Tsur.

Sebelumnya, Nabi Muhammad dan sahabatnya Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur ketika para pemuka Qurais mengejarnya. Saat itu mereka sudah mencapai di pintu gua. Seandainya mereka melihat kedalam gua dari tempat kaki mereka berpijak, sudah pasti mereka melihat Nabi Muhammad dan Abu Bakar disana. Namun, Alloh menurunkan kuasanya. Mereka ragu akan keberadaan Nabi di dalam gua tersebut karena ada sarang laba-laba di pintu gua. Secara logika, tidak mungkin ada orang yang masuk gua tersebut tanpa merusak sarang laba-laba. Maka, para petinggi Quraispun meninggalkan gua itu dengan putus asa. Kemudian mereka mengadakan sayembara untuk menangkap Nabi Muhammad.

Suroqoh menghimpun beberapa informasi tentang keberadaan Nabi Muhammad dari berbagai sumber. Sampai akhirnya, ia menemukannya bersama Abu Bakar sedang berjalan kearah kota Madinah meninggalkan Makah. Di pacunya kuda sekuat tenaga dan melesat cepat hingga ia semakin dekat dari posisi Nabi berada.

Namun, ketika ia mendekati Nabi tiba-tiba kudanya tersandung. Suroqoh terpelanting dari pelana dan jatuh. Tanpa menghiraukan rasa sakit, Suroqoh kembali ke punggung kuda dan memacunya. Namun untuk kedua kalinya kuda tersebut tersandung dan lagi-lagi Suroqoh terpelanting. Ia belum menyerah, ia kembali memacu kudanya sampai pada posisi yang cukup dekat dengan Nabi. Kemudian dia meraih busur panah di punggungnya dan berniat untuk membidik Nabi. Namun, apa daya.. tangan itu tiba-tiba kaku, tak bisa di gerakkan. Belum lagi kaki kudanya tiba-tiba terbenam dalam pasir.
Dia lalu berpaling kepada Rasulullah dan berteriak dengan memelas, “Hai kalian berdua, berdoalah kepada Tuhanmu, supaya kaki kudaku lepas. Aku berjanji tak akan menggangu kalian berdua.”

Rasulullah kemudian berdoa untuknya. Maka bebaslah kaki kuda Suraqah dari benaman pasir. Tapi, karena ketamakannya, setelah bebas, dia mengingkari janjinya dan berusaha melabrak Rasulullah dengan kudanya. Namun, niat itu tidak terlaksana, karena kaki kuda itu kembali terbenam ke bumi, bahkan lebih dalam lagi.
Suraqah kembali memohon belas kasihan kepada Rasulullah.”Ambillah perbekalanku, harta, dan senjataku. Aku berjanji atas nama Allah kepada kalian berdua, akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha melacak kalian,” katanya memelas.
Mendengar Suroqoh berkata demikian, Nabi menjawab bahwa ia tidak membutuhkan hartanya. Nabi hanya meminta Suroqoh untuk kembali kepada kaumnya dan menyuruh orang-orang yang mencari Nabi untuk tidak mencarinya lagi.

“Demi Allah, aku tidak akan mengganggumu lagi,” kata Suraqah setelah kaki kudanya lepas. Setalah itu ia bahkan menyatakan keyakinannya, “Agama yang Tuan bawa akan menang dan pemerintahan Tuan jaya. Aku mohon apabila kelak aku datang kepada Tuan, Tuan akan bermurah hati kepadaku. Tuliskanlah hal itu untukku.” Lanjut suroqoh.

Rasulullah meminta Abu Bakar menulis pada sekerat tulang dan menyerahkannya kepada Suraqah sambil berkata, “Bagaimana jika pada suatu saat kamu memakai gelang kebesaran raja Persia?”

“Gelang kebesaran raja Persia?” tanya Suraqah terkejut.

“Ya, gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz!” jawab Rasulullah meyakinkan.

Setelah itu Suraqah kembali ke Makah dengan perasaan gembira. Kepada orang-orang Qurais yang ditemuinya sepanjang jalan, ia meyakinkan bahwa usaha pencarian mereka terhadap Nabi Muhammad akan sia-sia. “Telah kuperiksa seluruh tempat dan jalan yang mungkin dilaluinya, namun aku tidak menemukan Muhammad,” katanya. “Bukankah kalian tidak sepandai aku dalam hal melacak jejak?”

Peristiwa yang di alaminya tadi benar-benar membekas dalam hatinya. Ia benar-benar yakin bahwa Muhammad bukanlah manusia biasa. Ia meyakini Muhamad adalah Nabi yang di utus oleh Alloh. Ia juga yakin akan janji Nabi Muhammad bahwa suatu hari nanti ia akan memakai gelang kebesaran raja Persia.

Saat itu jazirah Arab di apit oleh dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Bizantium di barat dan Kerajaan Persia di timur. Sedangkan umat Islam masih sangat kecil, bahkan belum memiliki sebuah negara sekalipun. Janji Nabi kepada Suroqoh bahwa ia akan memakai gelang kebesaran raja Persia seakan-akan mustahil, jika mempertimbangkan situasi dan kondisi umat Islam saat itu. Karena janji Nabi itu bermakna bahwa kerajaan Persia yang besar, berperadaban tinggi, dan memiliki tentara yang sangat menakutkan itu akan di taklukan oleh umat Muhammad di saat Suroqoh masih hidup. Padahal saat itu umat Islam masih sangat lemah! Namun, dalam hati Suroqoh tetap yakin bahwa janji itu pasti akan terwujud.

Sejarah mencatat, bahwa janji Nabi Muhammad itu terbukti benar. Pada masa Khalifah Umar bin Khotob, pasukan Islam berhasil menghancurkan Kerajaan Persia hingga ke akar-akarnya. Dalam pertempuran yang sangat sengit di Nahawan, tentara Persia yang berjumlah lima kali lebih besar dari pada pasukan Islam ini berhasil di musnahkan. Ibu kota Persia, Ctesipon ditaklukan. Istana Putih kebanggaan Raja Persia jatuh di tangan kaum muslimin. Raja Persia yang terakhir, yezdegrid, melarikan diri.

Harta rampasan perang dari perang tersebut tak terkira jumlahnya. Setelah dikeluarkan seperlima untuk baitul mal, sisanya di bagikan kepada seluruh pasukan Islam. Masing-masing mendapatkan 12.000 dinar emas!

Diantara seperlima yang dikimkan ke pusat pemerintahan Islam, Madinah, terdapat pakaian kebesaran Kisra bertahtakan perhiasan dan permata, pedang Kisra yang terbuat dari permata, dan juga mahkota raja Persia.

Khalifah Umar bin Khotob kemudian menimang-nimang benda-benda mahal itu dan berkata: “lihatlah, rakyatnya harus memikul pajak untuk benda-benda yang tidak berguna ini dan di pakai oleh pemegang amanat rakyat..”

Setelah itu Khalifah memanggil Suraqah. Kepadanya, Khalifah memakaikan busana kebesaran Kisra itu lengkap dari mulai celana, sepatu, pedang, gelang, pakaian kebesaran, dan mahkota, dan Khalifah sendiri kemudian memujinya “Alangkah hebatnya anak Desa Madlaji ini.”

Dengan demikian, terbuktilah ucapan Baginda Nabi kepada Suraqah beberapa tahun sebelumnya “Bagaimana jika suatu waktu kamu memakai gelang kebesaran Kisra?”
Ini adalah sebuah bukti bahwa Nabi Muhammad benar-benar utusan Alloh yang diutus menyebarkan risalah Islam. Maha benar Alloh yang telah berfirman dalam Al-quran: “dan tidaklah (Muhammad) berkata dengan hawa nafsunya, melainkan (yang dikatakannya) adalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya)”. Kisah ini semoga bisa menambah Iman kita kepada Alloh. Wallohu A`lam bis shawab.
(sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)

Daftar Pustaka:

Joesoef Sou`yb, 1979. “Sejarah Daulat Khulafaur-Rasyidin”, Jakarta: Bulan Bintang

Shafiyurrahman Al-Mubarokfury, 1998. “Sirah Nabawiyah”, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar