Minggu,
09 Desember 2012, 17:16 WIB
Republika/Tahta Aidilla
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA
-- Peneliti Institute Survei Indonesia (INSIS) Mochtar W Oetomo menilai
masyarakat Indonesia menginginkan adanya figur alternatif tampil dalam bursa
calon presiden 2014.
"Selama dua kali pemilihan presiden pada 2004 dan 2009 serta menjelang pemilu presiden 2014 figur yang tampil selalu tokoh itu-itu saja," kata Mochtar W Oetomo ketika mempublikasi hasil survei figur capres alternatif di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, masyarakat mulai jenuh dengan figur calon presiden yang selalu muncul sejak Pemilihan Presiden 2004 dan menginginkan adanya regenerasi calon presiden.
Dari hasil survei yang dilakukan INSIS, menurut dia, sebanyak 82,14 persen responden menginginkan adanya regenerasi calon pemimpin nasional serta sebanyak 93,27 persen responden menyatakan sangat penting adanya calon presiden alternatif.
Mochtar menambahkan, dari jawaban responden sebanyak 88,78 persen mengharapkan munculnya calon pemimpin yang tegas dalam membuat keputusan serta sebanyak 71,58 persen berharap calon pemimpin yang berani mengambil resiko.
Masyarakat melalui jawaban responden, menurut dia, berharap adanya pemimpin yang dekat dengan rakyat (95,51 persen), memiliki pemahaman agama yang kuat (89,15) persen serta intelek (82,64) persen.
"Dari fenomena tingkat kesukaan masyarakat tersebut, maka kami mengajukan nama-nama politisi muda pengurus partai politik yang potensial untuk menjadi calon presiden alternatif," katanya.
Pertimbangan lainnya, kata dia, nama-nama tersebut cukup populer karena sering tampil sebagai nara sumber pada berita-berita di media massa.
Hasil survei tersebut, menurut dia, ada beberapa nama yang populer, disukai masyarakat dan memiliki tingkat elektabilitas cukup tinggi, sehingga potensial untuk menjadi calon presiden alternatif.
Mochtar menjelaskan, berdasarkan tingkat elektabilitas, Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menempati posisi teratas dengan dukungan 10,37 persen.
Kemudian, Mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan Pramono Anung (9,25 persen), Anggota Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (8,41 persen), Ketua DPP PDI Perjuangan Puan
Maharani (8,03 persen), Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum (7,10 persen), serta Presiden PKS Luthfi Hasan (5,04 persen).
Sedangkan untuk akseptabilitas atau disukai masyarakat, Priyo Budi Santoso menempati posisi teratas dengan dukungan 53,73 persen, disusul Puan Maharani (51,02 persen), Pramono Anung (49,53 persen), dan Hidayat Nur Wahid (47,75 persen).
Selanjutnya, Sekjen DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo (43,08 persen), Ketua DPP PAN Zulkifli Hasan (41,77 persen), politisi PDI Perjuangan Budiman Sujadmiko (38,13 persen) serta Anas Urbaningrum (37,47 persen).
Mochtar menjelaskan, survei dilakukan terhadap 1.070 responden yang tersebar di 33 provinsi pada periode 16 Nopember hingga 4 Desember 2012. Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka yang sampelnye dipilih secara acak dengan pola "multistage random sample" serta tingkat kesalahan tiga persen.
Tingkat pendidikan responden, menurut dia, mulai dari tidak berpendidikan hingga berpendidikan doktor dan mayoritas berpendidikan SLTA sebanyak 42, 61 persen.
"Selama dua kali pemilihan presiden pada 2004 dan 2009 serta menjelang pemilu presiden 2014 figur yang tampil selalu tokoh itu-itu saja," kata Mochtar W Oetomo ketika mempublikasi hasil survei figur capres alternatif di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, masyarakat mulai jenuh dengan figur calon presiden yang selalu muncul sejak Pemilihan Presiden 2004 dan menginginkan adanya regenerasi calon presiden.
Dari hasil survei yang dilakukan INSIS, menurut dia, sebanyak 82,14 persen responden menginginkan adanya regenerasi calon pemimpin nasional serta sebanyak 93,27 persen responden menyatakan sangat penting adanya calon presiden alternatif.
Mochtar menambahkan, dari jawaban responden sebanyak 88,78 persen mengharapkan munculnya calon pemimpin yang tegas dalam membuat keputusan serta sebanyak 71,58 persen berharap calon pemimpin yang berani mengambil resiko.
Masyarakat melalui jawaban responden, menurut dia, berharap adanya pemimpin yang dekat dengan rakyat (95,51 persen), memiliki pemahaman agama yang kuat (89,15) persen serta intelek (82,64) persen.
"Dari fenomena tingkat kesukaan masyarakat tersebut, maka kami mengajukan nama-nama politisi muda pengurus partai politik yang potensial untuk menjadi calon presiden alternatif," katanya.
Pertimbangan lainnya, kata dia, nama-nama tersebut cukup populer karena sering tampil sebagai nara sumber pada berita-berita di media massa.
Hasil survei tersebut, menurut dia, ada beberapa nama yang populer, disukai masyarakat dan memiliki tingkat elektabilitas cukup tinggi, sehingga potensial untuk menjadi calon presiden alternatif.
Mochtar menjelaskan, berdasarkan tingkat elektabilitas, Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menempati posisi teratas dengan dukungan 10,37 persen.
Kemudian, Mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan Pramono Anung (9,25 persen), Anggota Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (8,41 persen), Ketua DPP PDI Perjuangan Puan
Maharani (8,03 persen), Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum (7,10 persen), serta Presiden PKS Luthfi Hasan (5,04 persen).
Sedangkan untuk akseptabilitas atau disukai masyarakat, Priyo Budi Santoso menempati posisi teratas dengan dukungan 53,73 persen, disusul Puan Maharani (51,02 persen), Pramono Anung (49,53 persen), dan Hidayat Nur Wahid (47,75 persen).
Selanjutnya, Sekjen DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo (43,08 persen), Ketua DPP PAN Zulkifli Hasan (41,77 persen), politisi PDI Perjuangan Budiman Sujadmiko (38,13 persen) serta Anas Urbaningrum (37,47 persen).
Mochtar menjelaskan, survei dilakukan terhadap 1.070 responden yang tersebar di 33 provinsi pada periode 16 Nopember hingga 4 Desember 2012. Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka yang sampelnye dipilih secara acak dengan pola "multistage random sample" serta tingkat kesalahan tiga persen.
Tingkat pendidikan responden, menurut dia, mulai dari tidak berpendidikan hingga berpendidikan doktor dan mayoritas berpendidikan SLTA sebanyak 42, 61 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar