Rabu, 03 Februari 2010

Banyak Parpol Tak Gelar Kampanye Terbuka

Memasuki kampanye hari kedua, banyak partai politik yang tidak menggelar kampanye terbuka dengan berbagai alasan, seperti kegiatan itu tidak efektif atau partai tersebut belum siap karena kekurangan dana.

Sejumlah propinsi sepi dari kampanye terbuka antara lain di Banten, Nanggroe Aceh Darusaalam, Papua, Kalimantan Barat, dan Sumatra Barat.

Umumnya parpol dengan massa sedikit justru berusaha menghindari kampanye terbuka dan memilih kampanye dengan keterlibatan massa yang lebih besar.

Sementara partai dengan massa pendukung yang lebih besar berani tampil dengan kampanye terbuka, seperti Golkar, PDIP, PKS, PBB, yang mempunyai jurkam nasional. Mereka tampil di berbagai daerah dengan sedotan massa yang tidak sedikit.

Seakan tidak ingin tertinggal start, juru kampanye nasional Golkar mulai merajalela, seperti Jusuf Kalla tampil bersafari di wilayah Sumut meliputi Langkat, Binjai, dan Medan, kemudian Agung Laksono di Palangkaraya, dan Surya Palohh di Mandailing Natal, Sumatera Utara.

PKS juga tidak kalah dengan menerjunkan dua jurkam nasional yaitu Presiden Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) Tifatul Sembiring yang menghadiri kampanye terbuka di Pekanbaru, Riau, dengan 30 ribu orang.

Demikian juga Hidayat Nur Wahid. Dia tidak kalah gesit untuk tampil di halaman parkir Stadion Mandala Krida Yogyakarta.

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) MS Kaban juga terjun di arena kampanye akbar di Palembang, Sumatra Selatan.

Namun banyak daerah yang justru terkesan adem ayem karena tidak adanya kampanye terbuka, seperti di sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Barat (Sumbar). Sesuai jadwal KPU, Selasa, daerah itu diisi Partai Barisan Nasional (Barnas) dan Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB).

Demikian juga di Banda Aceh, para pimpinan parpol setempat tak menggelar kampanye karena alasan biaya cukup besar untuk mengerahkan massa.

Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), dan Partai Aceh Aman Sejahtera (PAAS) akhirnya batal menggelar kampanye di Banda Aceh.

Ketua Pokja Kampanye Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Banda Aceh Munawarsyah menyatakan, pengurus tiga partai tersebut sudah memberitahukan secara tertulis bahwa mereka tidak memanfaatkan jadwal untuk kampanye rapat umum terbuka perdana, walaupun KIP Banda Aceh telah menyediakan 15 lokasi di lima daerah pemilihan.

Di Banten, jatah kampanye untuk empat partai ternyata hanya dimanfaatkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), itupun tidak dengan rapat umum di lapangan tetapi hanya melakukan konvoi kendaraan dengan berkeliling melintasi jalan utama di Kota Serang.

"Saat ini kampanye terbuka tidak efektif lagi untuk mencari dukungan massa karena pemilihan caleg melalui suara terbanyak," kata Wakil Ketua PKB Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Banten Ubaidillah Khabir.

Dia menjelaskan, saat ini kampanye terbuka dinilai tidak tepat untuk menggelar orasi politik menyusul diberlakukan pemilihan suara terbanyak.

Lebih baik para caleg mencari simpatisan kepada masyarakat untuk mendapat dukungan berarti pada Pemilu 2009. "Saya kira kampanye percuma saja dan menghambur-hamburkan uang," katanya.

Situasi yang relatif sepi dari kegiatan kampanye juga terlihat di Cimahi, Tangerang, Jayapura, dan Batam.

Pakar politik Zamzami A Karim yang juga Dekan Fisipol Universitas Raja Ali Haji (UMRAH) Kepri menyatakan, kampanye terbuka tidak efektif karena kemungkinan tidak dapat memberi tambahan dukungan terhadap peserta pemilu.

"Peserta pemilu mungkin menyadari kampanye terbuka tidak efektif, apalagi masyarakat yang menyaksikan kampanye tersebut belum tentu memberi dukungan," kata Zamzami yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kota Tanjungpinang.

Ia mengatakan, massa yang hadir pada kampanye terbuka itu kebanyakan dari kader dan simpatisan partai, sementara masyarakat umumnya kurang tertarik menyaksikan kampanye terbuka tersebut sehingga bagi partai dengan simpatisan sedikit tentu tidak akan berani menggelar kampanye terbuka karena dipastikan akan sepi.

Hal berbeda dilontarkan kader PDI Perjuangan Kalimantan Barat yang justru memanfaatkan momentum kampanye berupa rapat umum untuk meraih dukungan masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009.

"Rapat umum sangat efektif untuk meraih massa. Contohnya Obama jadi Presiden Amerika karena menggelar kampanye terbuka," kata Ketua DPD PDI Perjuangan Kalbar Cornelis.

Namun, ia mengakui, uang memegang peranan penting karena rapat umum membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi manfaatnya, masyarakat akan mengenal lebih dekat calon legislatif yang diusung partainya.

"Makanya, peluang rapat umum harus dimanfaatkan," kata Cornelis yang juga Gubernur Kalbar itu.

Pada hari kedua, ada yang memanfaatkan masa kampanye dengan kegiatan unik seperti yang dilakukan Caleg PAN DPRD Provinsi Jatim dari Dapil I Surabaya - Sidoarjo Kuswiyanto yang melakukan dialog dengan pemulung dan pengemis di Jalan Belakang Panggung, Nyamplungan, Pabean Cantikan, Surabaya.

Kuswiyanto sengaja mengemas kampanyenya dengan format dialog karena kalau dalam pertemuan resmi atau rapat akbar, maka konstituen tidak berani bertanya.

Kampanye terbuka rupanya sudah menjadi salah satu penilaian seberapa kuat kantong dana kampanye setiap parpol dan merupakan ajang adu siasat dari parpol dengan dana minim untuk banting stir dengan membuat pola kampanye lain yang dianggap efektif.

Namun partai dengan kantong tipis yang tidak mampu memberikan bagi-bagi kaus atau sembako juga tidak perlu berkecil hati hasil survei di Jawa Timur menunjukkan hanya 3,30 persen calon anggota legislatif (caleg) yang dipilih karena "money politics" (politik uang), sedangkan alasan memilih caleg karena program kerja, visi dan misi, serta integritas pribadi justru mencapai 47,90 persen.

Hal itu merupakan hasil survei yang dilakukan Surabaya Survey Centre (SSC) di Daerah Pemilihan 1 Jawa Timur (Surabaya-Sidoarjo).

"Itu membuktikan masyarakat sudah cukup cerdas dalam memahami kampanye anti politisi busuk yakni `terima uangnya, jangan pilih orangnya`, sehingga para caleg yang rajin menebar uang dan sembako harus siap-siap menangis," kata Direktur SSCMochtar W Oetomokatanya.

Hasil survei dengan 882 responden di Dapil 1 Jatim hingga akhir Februari itu mencatat alasan utama masyarakat memilih parpol atau caleg adalah program kerja dan visi misi (47,90 persen), latar belakang parpol dari caleg (20,20), "track record" caleg (7,90), sikap dan perilaku caleg (7), dan pemberian uang atau sembako (3,30).

"Meski sebagian besar masyarakat juga suka terhadap caleg yang bagi-bagi uang dan sembako hingga 56,60 persen, namun mereka jauh lebih suka pada caleg yang rajin menggelar bakti sosial dengan tingkat kesukaan hingga 87,10 persen. Untuk program kerja, tingkat kesukaan masyarakat pemilih mencapai 76,80 persen," katanya.

Riset dengan "margin of error" 3,3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen itu membuktikan bahwa para caleg yang rajin menggelar bakti sosial relatif mempunyai popularitas dan elektabilitas yang tinggi.



Sumber:

http://pemilu.antara.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar