Rabu, 03 Februari 2010

PDIP Masih Kuat, PKB Loyo Survei Pertaruangan Parpol di Surabaya-Sidoarjo, Februari 2009

16 March 2009
Surabaya Pagi
Arief, SURABAYA

Prediksi PDIP bakal meraup suara terbanyak di daerah pemilihan (Dapil) I Jatim (Surabaya - Sidoarjo), bisa jadi benar. Ini menyusul hasil sejumlah survei dengan tingkat elektabilitas hingga 20 persen. Karena itulah, calon legislatif (Caleg) di luar PDIP mulai berhitung ulang agar bisa bersaing di dapil ”neraka” itu.

Dalam survei yang dilakukan Surabaya Survey Centre (SSC), misalnya. Survei yang dihelat Februari 2009 lalu membuktikan suara PDIP unggul. Justru pamor Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menjadi pemenang Pemilu 2004 silam, malah luntur ke peringkat tiga (16,25 persen). Partai yang dibidani sejumlah kiai ini kalah dengan Partai Demokrat (18,33 persen). Menariknya, Partai Gerinda bentukan Prabowo Subianto yang notabene partai anyar amalah menyodok di lima besar (6,66 persen), mengungguli PAN, PKS dan PPP. (Selengkapnya lihat grafis)

Melihat peta itu, caleg Partai Demokrat DPR RI Tumpal Naibaho mengakui pesaing utamanya di dapil I memang PDIP. Ia melihat partai pimpinan Megawati itu terus menggeliat menembus basis massanya. PDIP, kata Tumpal, perlu diwaspadai sejak melihat hasil Pilgub lalu. Khusunya di daerah Surabaya. ‘’PDIP mendapatkan nomor urut satu dibandingkan sejumlah partai pengusung lainnya,’’ ungkapnya saat dihubungi Minggu (15/3).

Meski begitu, ia tidak patah arang. Tumpal mengaku tetap akan bekerja keras, bahkan ia berani menargetkan perolehan suara Demokrat di Dapil I Jatim mencapai 30 persen. Kata Tumpal, Demokrat memang tidak punya basis massa yang jelas seperti PKB, dengan massa NU-nya. Namun dalam pemilihan langsung ini, Demokrat akan menjual sosok figur Susilo Bambang Yudhyoyono (SBY) serta kinerja partainya dalam mendorong pemerintahan.

"Kita tunjukkan pada masyarakat bahwa Demokrat mampu mendorong pemerintahan yang bersih dan jujur," terang dia. Dengan begitu, Tumpal yakin Demokrat akan mampu mencuri suara PDIP.

Caleg DPR RI PKB, A. Fathoni Rodli menyatakan, pihaknya mengakui partainya bukan sentral utama lawan politik partai-partai peserta Pemilu di Surabaya. Sebab PKB di Surabaya tidak cukup solid dibandingkan dengan Sidoarjo. Menurutnya ada beberapa hal yang menyebabkan persoalan itu. Pertama, PKB di Surabaya terdiri dari dua kepengurusan, PKB pro Gus Dur, dan PKB pro Muhaimin Iskandar. Sementara di Sidoarjo PKB hanya ada satu kepengurusan yang mewadai tiga elemen, pro Gus Dur, pro Muhaimin dan NU. "Karenanya PKB akan lebih konsen di Sidoarjo," ujarnya.

Hal ini, lanjut lelaki yang juga menjadi wakil ketua LP Maarif pusat itu, disadari oleh para caleg PKB. Karena itu, agar tak saling bertabrakan, PKB memilih untuk membagi pos suara pemilih. "Tapi kalau saya fokus untuk suara dari pendidikan saja, karena basic saya di sana," tuka dia.

PDIP, lanjutnya, banyak diuntungkan di Surabaya. Ini karena ada beberapa faktor, di antaranya kulture masyarakat Surabaya tak jauh dengan karakter PDIP. Kemudian partai berlambang banteng moncong putih ini juga didukung oleh Wali kota Surabaya yang juga kader PDIP. Begitu juga dengan koalisi yang sempat dibangun dengan PKB Yenny Wahid.

Direktur SSC Mochtar W Oetomo mengatakan dalam survei tersebut PKB di Jatim dinilai luntur pamornya dalam pertarungan di Dapil 1 Jatim. Sebab pertarungan di Dapil neraka ini disebut-sebut sebagai pertarungan yang paling sengit. Mochtar menambahkan, posisi 3 besar mungkin tidak akan bisa lepas dari PDIP, Demokrat dan PKB, tapi akan sulit sekali memprediksi perolehan suara dan posisi parpol papan tengah semacam PAN, PKS, PPP, Gerindra, PKNU dan Hanura. ‘’Prediksi kami, di luar 3 parpol pemuncak, 12 kursi yang tersedia di Dapil 1 ini akan terdistribusi merata,’’ ungkapnya.

Selain itu hasil survei SSC periode Februari 2009 juga menyebut survei opini publik, dengan jumlah sample 882, dengan margin of error 3,3% dan tingkat kepercayaan 95%. Disebutkan, persaingan antar parpol di Jatim sangat sengit, terutama sekali parpol papan tengah. Partai Demokrat mulai unjuk gigi dengan tingkat elektabilitas paling tinggi, yakni 17,06%. Disusul PDIP 14, 99%, PKB 13,09%, Golkar 8,94%, PAN 7,06%, Gerindra 6,66%, PKNU 6,07%, PPP 4,12%, PKS 3,99%, Patriot 3, 36 dan Hanura 2,38%. n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar