Jumat, 05 Februari 2010

SAMPLE STRATEGI KOMPOL DLM PILKADA

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK H.SYAMSUL ARIFIN DALAM PEMBANGUNAN OPINI PUBLIK UNTUK PENCALONAN PILGUBSU TAHUN 2008
Oleh: Agus Marwan
(Mahasiswa Program Pasca Sarjana Konsentrasi Komunikasi Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta)


LATAR BELAKANG

Pada tahun 2008 akan digelar sebuah pesta akbar demokrasi, yakni pemilihan kepala daerah (pilkada) di Propinsi Sumatra Utara. Dan ini merupakan Pilkada Sumut yang pertama kali digelar secara langsung. Meskipun pesta demokrasi tersebut masih setahun lagi, akan tetapi riak-riak gerakan politik dari berbagai kekuatan politik yang ada di Sumatra Utara sudah mulai membahana. Hal ini ditandai dengan berbagai gerakan politik dalam rangka pembangunan opini public tokoh-tokoh di Sumatra Utara (Sumut) yang berkeinginan menduduki kursi orang nomor satu di Sumut dan juga beberapa nama telah tersebut-sebut dalam berbagai pertemuan massa dan juga tertulis dalam media baik cetak maupun elektronik.

Walaupun secara resmi penjaringan calon Gubernur Sumatra Utara (Gubsu) belum dimulai, namun beberapa tokoh di Sumut sudah mulai melakukan pembangunan opini publik sebagai calon yang akan siap maju dalam Pilkada Gubsu. Beberapa tokoh Sumut yang sedang melakukan pembangunan opini public untuk calon Gubsu Sumut adalah sebagai berikut:
1. H.Syamsul Arifin, merupakan tokoh representasi masyarakat melayu Sumut yang kini sedang menjabat sebagai Bupati Kabupaten Langkat.
2. H. Ali Umri, merupakan tokoh Golkar, dan di samping menjabat sebagai Walikota Binjai juga menjadi ketua Partai Golkar Sumut.
3. Chaeruman Harahap, merupakan tokoh representasi masyarakat Tapanuli Selatan, di samping sebagai mantan Kajatisu Sumut, sekarang Chaeruman menjabat sebagai Deputy Menkopolkam.
4. Heri Marjuki, merupakan tokoh representasi masyarakat Jawa di Sumut, dan merupakan petinggi di angkatan laut.
5. Abdillah, merupakan tokoh representasi dari kalangan pengusaha, dan kini sedang menjabat sebagai walikota Medan.
6. Rudolf Pardede, merupakan tokoh representasi masyarakat Tapanuli Utara dan Tobasa, yang kini sedang menjabat sebagai Gubernur Sumut.

Keenam tokoh Sumut inilah yang sekarang sudah meramaikan hirup pikuk politik menjelang Pilkada Sumut 2008. Dari keenam tokoh ini, terdapat 3 tokoh yang sangat gencar dalam melakukan pembangunan opini publik baik melalui media maupun melalui pertemuan-pertemuan akbar di masyarakat. Ketiga tokoh tersebut adalah: H.Syamsul Arifin, H.Ali Umri, dan Chaeruman Harahap. Sedangkan tokoh lain lebih memilih cara-cara yang relatif tidak fulgar, seperti melakukan pertemuan-pertemuan yang tertutup dengan tim suksesnya dan pertemuan dengan beberapa elit yang tidak banyak dipublikasikan media.

Meskipun secara resmi para tokoh-tokoh ini belum mencalonkan diri, akan tetapi masyarakat di Sumut sudah bisa menangkap pesan bahwa merekalah para calon-calon Gubsu yang akan bertarung pada Pilkada 2008. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh LSI, sebagian besar masyarakat Sumut telah mengetahui akan dilangsungkannya Pilkada pada Tahun 2008, akan tetapi masih ada 37,5% masyarakat yang masih belum mengetahui akan dilaksanakannya Pilkada. Dari survey ini juga telah muncul beberapa nama tokoh yang dianggap layak untuk memimpin Sumut dan juga peta dukungan sementara dari masyarakat terhadap calon-calon tersebut. Dari survey ini dapat dilihat bahwa sebanyak 19% responden mendukung Chareumen harahap, 18% responden mendukung Ali Umri, 16% mendukung Rudolf Pardede, 13% mendukung Abdillah, 3% mendukung H.Syamsul Arifin, 7% mendukung beberapa tokoh lain, dan sebanyak 26% yang masih belum menyatakan pilihan politiknya.

Tulisan ini tidak akan membahas kepada semua tokoh-tokoh calon Gubsu, akan tetapi lebih fokus kepada tokoh H.Syamsul Arifin. Tokoh ini dipilih dalam pembahasan ini karena memang selama ini dianggap paling aktif melakukan berbagai kegiatan pembangunan opini publik, baik dilakukan di level masyarakat maupun di level media. Hampir setiap hari minimal 3 media cetak di Sumut memberitakan kegiatan H.Syamsul Arifin dalam pembangunan opini publik menjelang pilkada Sumut.


RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh H.Syamsul Arifin dalam pembangunan opini publik untuk mencalonkan diri dalam Pilkada 2008 ?
2. Berdasar hasil survey Pilkada Sumut yang dilakukan oleh LSI, mengapa dukungan masyarakat terhadap H.Syamsul Arifin sangat rendah ?


KERANGKA DASAR TEORI

Beberapa konsep dan teori yang akan digunakan untuk menganalisis masalah tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Menurut Littlejohn di dalam komunikasi terdapat level atau tingkatan komunikasi yakni komunikasi antar personal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Komunikasi antar personal adalah komunikasi yang melibatkan antar sesama orang/individu –dan biasanya face to face. Komunikasi kelompok adalah komunikasi atau hubungan antara individu di dalam kelompok kecil, dan biasanya dilakukan dalam merencanakan pengambilan keputus. Komunikasi organisasi lebih kompleks lagi, karena hubungannya tidak hanya melibatkan antar individu akan tetapi juga antara individu dengan kelompok-kelompok. Sedangkan komunikasi massa adalah komunikasi yang melibatkan ranah publik, dan memuat banyak hubungan, yakni hubungan antarpersonal, kelompok, dan organisasi. Teori ini akan digunakan untuk menganalisis bagaimana H.Syamsul Arifin membangun komunikasi dengan orang lain, dengan kelompok tim suksesnya dalam hal ini Amir Hamzah Center (AHC), dengan organisasi-organisasi yang selama ini dinaungi terutama organisasi MABMI (Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia), dan membangun komunikasi dengan khalayak ramai atau massa.

2. Source-Message-Channel-Receiver Theory. S-M-C-R merupakan singkatan dari Source (sumber) - Message (pesan) - Channel (saluran/media) - Receiver (penerima/komunikan). Pada rumus S - M - C - R, khusus mengenai C (channel) yang berarti saluran atau media, menurut Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Saluran primer adalah media yang merupakan lambang, misalnya bahasa, gambar atau warna yang digunakan dalam komunikasi tatap muka (face to face communication), sedangkan saluran primer adalah media berwujud, baik media massa misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media non masa, misalnya surat, telepon atau poster. Kemudian komunikasi politik di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia biasanya menggunakan dua sistem komunikasi dominan, yaitu media massa modern dan sistem komunikasi tradisional (Schramm 1964). Untuk mempengaruhi masyarakat, maka sangat perlu untuk memilih sarana komunikasi yang tepat, sesuai dengan keperluan dan kepada siapa pesan politik ingin disampaikan. Untuk masyarakat perkotaan kelas menengah, komunikasi politik melalui media massa sangat efektif karena pola hidup mereka yang sibuk tidak memberi mereka peluang untuk melakukan komunikasi langsung dengan orang lain. Apalagi kalau mereka tidak punya kepentingan langsung dengan sang komunikator. Bagi mereka, media massa cetak dan elektronik merupakan sarana paling efektif untuk mengetahui dan menyampaikan umpan balik setiap pesan politik yang ada. Sementara untuk masyarakat pedesaan, apalagi masyarakat pedalaman yang secara literal tidak memiliki tradisi baca, pesan politik hanya bisa disampaikan oleh sistem komunikasi tradisional. Dalam konteks ini, seperti diungkap oleh Astrid Susanto (1978), komunikasi yang paling efektif adalah dengan menggunakan sistem komunikasi lokal yang sesuai dengan budaya mereka. Pendekatan-pendekatan interpersonal dengan tokoh-tokoh lokal yang menjadi pengatur lalu lintas opini menjadi kunci keberhasilan dalam sistem komunikasi tradisional ini. Teori ini akan membantu menjelaskan bagaimana strategi H.Syamsul Arifin dalam menggunakan media massa dan pertemuan-pertemuan dengan berbagai tokoh masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat, organisasi-organisasi dan massa-rakyat.

3. Menurut para pakar model komunikasi Lasswell merupakan salah satu model yang paling awal dalam perkembangan teori komunikasi. Lasswell menyatakan bahwa: Cara terbaik untuk menerangkan proses komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect ( Siapa Mengatakan Apa, Melalui Saluran Apa, Kepada Siapa, Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah berupa unsur-unsur proses komunikasi, yaitu Communication (komunikasi), Message (pesan), Media (media), Receiver (komunikan/penerima), dan Effect (efek). Lebih lanjut Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi meliputi:
1. The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan). Fungsi ini merupakan kegiatan mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai peristiwa dalam suatu lingkungan, seperti penggarapan dan penyampaian berita.
2. The correlation of the parts of society in responding to the environment (korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan). Fungsi ini merupakan kegiatan interpretasi terhadap informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan, seperti propaganda-propaganda atau tajuk rencana.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain). Fungsi ini merupakan kegiatan pengkomunikasian informasi, nilai, dan norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain atau dari anggota suatu kelompok kepada pendatang baru, seperti kegiatan pendidikan/pembelajaran.
Teori Laswell ini akan membantu menjelaskan bagaimana proses komunikasi H.Syamsul Arifin dengan berbagai stakeholdernya, dan apakah komunikasi politik melalui berbagai media pertemuan secara langsung maupun melalui media massa secara signifikan akan mempengaruhi dampak dukungan politik dalam Pilkada Sumut.


PROFIL H.SYAMSUL ARIFIN

H.Syamsul Arifin merupakan pria kelahiran Medan pada tanggal 25 September 1952. Menginjak remaja Syamsul pindah ke Pangkalan Brandan, Langat. Syamsul mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatra Utara UISU. Sejak remaja Syamsul sudah terlibat di dalam organisasi sosial. Pada tahun 1966-1969, Syamsul pernah tercatat menjadi ketua KAPPI Rayon SMEP Negeri. Pada tahun 1973-1974 pernah menjadi pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi komisariat UISU. Setelah itu Syamsul banyak berkecimpung di dalam organisasi kepemudaan (OKP). Beberapa organisasi pemuda yang pernah ia geluti diantaranya adalah FKPPI dan KNPI.

Sejak masa muda Syamsul Arifin sudah mulai mengembangkan karir ekonominya sebagai pengusaha. Dari gabungan latarbelakang organisasi kepemudaan dan pengusaha inilah karier politik Syamsul Arifin mulai menapaki jekak-jejaknya. Karier politik Syamsul mulai berkibar tatkala berhasil menjabat sebagai Bupati Langkat. Karier politiknya ini dirintis bersama dengan kekuatan Partai Golkar. Sekarang Syamsul merupakan Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar langkat.

Hingga kini H.Syamsul Arifin sudah menjabat selama 2 periode sebagai Bupati Langkat. Selama menjabat Syamsul dikenal masyarakat di Sumut sebagai Bupati yang akrab dengan kalangan tukang becak, sering menggunakan pendekatan informal dalam membangun relasi sosial dan politiknya dan dikenal dekat dengan berbagai kalangan –terutama dengan kalangan yang berlatar belakang etnis. Selain aktif diorganisasi kepemudaan hingga sekarang H. Syamsul Arifin juga menjadi tokoh kharismatik bagi masyarakat Melayu di Sumut. Atas jasanya membesarkan masyarakat Melayu melalui organisasi Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI), Syamsul diberi gelar sebagai Datuk Lelawangsa Sri Hidayatullah.


STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK H.SYAMSUL ARIFIN

Bergerak dan membangun komunikasi politik di Semua level

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, bahwa menurut Littlejohn, komunikasi dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan/level, dari individu, kelompok, organisasi hingga komunikasi massa. Strategi komunikasi H.Syamsul Arifin dilakukan di semua level dan lini untuk membangun opini publik bagi pencalonannya pada Pilkada 2008. H.Syamsul dikenal dengan tokoh yang sangat banyak teman, berbagai tokoh --baik tokoh politik, budaya, agama, etnik cukup dekat dan akrab dengan H.Syamsul. H.Syamsul banyak membangun hubungan-hubungan secara emosial dengan tokoh-tokoh tersebut di Sumut.

Sedangkan di level kelompok, H.Syamsul Arifin membangun sebuah kelompok kecil yang akan banyak berperan menjadi salah satu mesin politik yang dapat diandalkan untuk pemenangan pilkada Sumut. Kelompok tersebut adalah Amir Hamzah Center disingkat AHC. Mesin politik AHC ini dipimpin oleh orang yang sangat dekat H.Syamsul. Mesin politik inilah dari sejak awal menjadi motor bagi program-program dan kativitas-aktivitas politik yang mengusung H.Syamsul menjadi tokoh yang akan banyak didukung masyarakat Sumut untuk Gubernur 2008.

Namun dalam perkembangan hingga sekarang ini, mesin politik ini tidak mampu menjadi arus utama atau pintu utama bagi aktivitas panggung politik H.Syamsul. Akan tetapi banyak juga kelompok-kelompok politik, sosial, budaya dan etnik lainnya dapat langsung berhubungan dengan H.Syamsul untuk secara bersama membuat berbagai kegiatan even untuk menciptakan pangung-panggung politik untuk H.Syamsul. H.Syamsul dalam hal ini membuka diri untuk menerima berbagai ide-ide atau konsep-konsep kegiatan yang diusulkan kepadanya untuk kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan opini publik kepada masyarakat luas di Sumut. Bahkan kini muncul satu organ baru yang bernama HIPSA (Himpunan Pendukung Syamsul Arifin) yang bermarkas di Langkat. Organ ini merupakan ide segelintir elit politik lokal yang mengorganisirkan beberapa kekuatan politik dan sosialnya untuk menyatakan dukungannya kepada H.Syamsul Arifin.

Pada level organisasi, H.Syamsul juga disamping telah berkecimpung di dalam organisasi kepemudaan dan etnik Melayu, H.Syamsul juga dikenal dengan banyak membangun komunikasi politik dengan banyak organisasi massa maupun politik. Kini H.Syamsul sedang intensif membangun komunikasi dengan Partai Golkar dan PPP. Sedangkan ormas yang menjadi tumpuan perjuangannya adalah FKPPI dan MABMI. Namun banyak organisasi-organisasi lain yang sangat dekat berhubungan dengan H.Syamsul, seperti KNPI, Remaja Mesjid, Karang Taruna, Himpunan Dai, organisasi etnik, Pujakesuma, dan lain sebagainya. Hampir di setiap kegiatan organisasi massa yang cukup besar di Sumut, H.Syamsul mendapatkan kesempatan untuk berbicara di forum.

Sedangkan pada level massa, H.Syamsul tidak sedikit diundang dalam pertemuan-pertemuan akbar, maupun dalam pengajian-pengajian akbar. Baru-baru ini H.syamsul didaulat untuk menjadi tokoh sentral dalam kegiatan gelar budaya melayu di Batubara. Sekitar 1 minggu yang lalu, H.Syamsul mengadakan perhelatan akbar Festifal Nasyid seluruh Sumut dan Aceh. Kegiatan ini diselingi dengan pameran kreasi dari setiap kabupaten yang ada di Sumut, dan juga diisi dengan beberapa lembaga-lembaga yang ada di Langkat dan di Medan.

Penggunaan Media Massa Modern dan Media Komunikasi Lokal

Menurut Gabriel Almond, semua bentuk interaksi manusia melibatkan komunikasi. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan majalah ikut mempengaruhi struktur komunikasi dalam masyarakat. Dalam pembangunan opini publik, media massa merupakan salah satu media yang sangat strategis. Sedangkan menurut Mcquail media paling baik digunakan secara terncana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkannya dalam program yang berskala besar. Di negara-negara berkembang seperti di Indonesia, media massa merupakan media yang dapat menjangkau secara luas ke seluruh pelosok dan penjuru masyarakat tanpa orang atau tokoh harus hadir di tengah-tengah masyarakat. Melalui media massa pembangunan opini publik dapat dilakuakn tanpa harus tokoh poltik hadir di masyarakat.

H.Syamsul Arifin dan mesin politiknya menggunakan media massa sebagai salah satu strategi dalam pembangunan opini publik. Untuk memaksimalkan dan mengefektifkan gerakan politik melalui media ini, H.Syamsul telah membantuk satu tim khusus yang menangani media massa dan publikasi. Tim ini diketuai oleh salah satu pejabat di langkat yang menangani Badan Infokom Langkat, dan dibantu oleh wartawan-wartawan muda di Sumut. Di setiap kegiatan di masyarakat tim khusus media ini selalu ada. Media massa yang digunakan adalah media cetak, televisi, dan radio. Media cetak meliputi koran, bulletin, mimbar jum’at, majalah, poster, spanduk, baliho, dan stiker.Di koran-koran yang terkenal memiliki oplah yang cukup di banyak di Sumut, seperti WASPADA, ANALISA, Sumut Pos, GLOBAL, Medan Bisnis, pemberitaan tentang kegiatan Syamsul Arifin baik kegiatan sosial maupun politiknya hampir ada setiap hari. Meskipun media radio dan televisi dimanfaatkan, akan tetapi tidak semaksimal penggunaan media cetak.

Media lain yang digunakan adalah dengan menggunakan media online internet. Media ini dikomandoi oleh HIPSA dengan websitenya www.yokowebs.com. Media ini diperuntukkan untuk kalangan menengah keatas, mahasiswa, kaum profesional yang sudah akrab menggunakan teknologi internet. Melalui website ini HIPSA mengkampanyekan berbagai aktivitas H.Syamsul Arifin. Meskipun website ini masih relatif baru dibuat –yakni baru dibuat di tahun 2007 ini, akan tetapi pengunjung website ini sudah cukup lumayan. Terhitung dari tanggal 13 Juli 2007, telah tercatat pengunjung disitus tersebut sebanyak 1235 orang.

Di samping mengunakan media massa, H.Syamsul juga menggunakan media pertemuan langsung dengan masyarakat. Pertemuan langsung ini dikemas dengan bentuk pertemuan ala lokal, sehingga jenis pertemuannya sangat berfariasi sesuai dengan kondisi lokal dimana pertemuan itu berlangsung. Berbagai pertamuan langsung bernuansa lokal terus dilakukan oleh H.Syamsul, seperti pertemuan dengan masyarakat melayu batubara melalui pertemuan akbar adat melayu Batubara, menyelenggarakan festival Nasyid se Sumut dan Aceh, pertemuan dengan para aktivis-aktivis organisasi kepemudaan, pertemuan kepada masyarakat Jawa yang difasilitasi oleh Pujakusuma, dan pertemuan pengagurahan gelar adat batak di Tobasa baru-baru ini.

Sejalan dengan pendekatan lokal ini, bahasa komunukasi yang dibangun juga dengan menggunakan term-term low contex. Artinya bahasa komunikasi yang digunakan cenderung dengan bahasa-bahasa yang sederhana, tidak dengan bahasa tinggi atau yang ilmiah, menggunakan istilah-sitilah lokal –terutama istilah dan logat melayu yang relatif dimenegerti oleh berbagai kalangan etnis di Medan dan sekitarnya.

Dalam melaksanakan kegiatan melalui pertemuan langsung dengan masyarakat ini, H.Syamsul Arifin menggunakan 2 strategi: pertama, mendesain pertemuan dengan masyarakat melalui lembaga AHC dan HIPSA yang menjadi dapur politik H.Syamsul. Kedua, membuka diri untuk menerima tawaran dari berbagai kelompok masyarakat yang ingin menyelenggarakan berbagai kegiatan yang melibatkan dirinya sebagai tokoh utama dalam kegiatan tersebut. Artinya berbagai kelompok politik masyarakat dapat mengakses H.Syamsul untuk bernegosiasi dalam hal berbagai kegiatan tersebut, sehingga tidak harus melalui pintu AHC atau HIPSA. Jika menurut Syamsul kegiatan itu realistis dan bermanfaat bagi dirinya, maka dia dapat menyetujui kegiatan tersebut, dan mau mengeluarkan dana untuk mendukung kegiatan tersebut.

Politik Pencitraan

Menurut Schuller inti politik sukses adalah membangun kepercayaan publik. Kandidat perlu dikenal dulu baru mereka percaya. Pencitraan tokoh merupakan pintu bagi masyarakat untuk memilih kandidat di pemilihan lokal. Pencitraan merupakan gambaran yang dimiliki oleh orang banyak tentang diri, pribadi, atau organisasi atau produk. Political image yang diusung oleh tim sukses H.Syamsul Arifin adalah membangun image kepada masyarakat bahwa H.Syamsul Arifin merupakan tokoh yang sederhana, bersahabat, bersahaja, dan diterima oleh semua kalangan. Jargon ini sudah mulai dimunculkan ke dalam spanduk-spanduk dan beberapa baliho besar lengkap dengan foto H.Syamsul Arifin. Meskipun kampanye politik belum dilangsungkan, akan tetapi baliho besar yang bertuliskan H.Syamsul Arifin tokoh yang bersahabat dan bersahaja membentang dipinggir jalan raya utama Medan-Binjai.

Politik pencitraan yang didesain oleh tim suksesnya ini juga secara internal didukung oleh gaya komunikasi H.Syamsul Arifin. Menurut Robert Norton kita berkomunikasi pada dua level yakni penyampaian informasi dan gaya dalam menyampaikan pesan. Komentar yang diberikan baik secara serius maupun bercanda akan diinterpretasikan penerima menjadi gaya berkomunikasi di pembicara. Gaya pesan ini akan terjadi berulang-ulang. Dari gaya berkomunikasi inilah orang akan menilai bagimana tipe orang tersebut.

Gaya komunikasi yang dilakukan oleh H.Syamsul adalah bergaya humoris, berbicara apa adanya, dan selalu menggunakan bahasa-bahasa rakyat yang sederhana. Gaya komunikasi seperti inilah yang membuat beliau sangat mudah bergaul dengan semua kalangan –terutama tukang becak. Bagi H.Syamsul, nongkrong bersama minum kopi sambil berkelakar dengan tukang becak adalah sesuatu yang biasa dilakukan. Image inilah yang masih dipelihara oleh H.Syamsul Arifin dalam membangun kepercayaan publik untuk bertarung dalam Pilkada 2008.


DUKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP H.SYAMSUL ARIFIN

Dibandingkan dengan calon-calon lain, H.Syamsul Arifin merupakan tokoh yang paling gencar dalam melakukan pembangunan opini publik dalam rangka Pilkada 2008. Namun agaknya gerakan yang dilakukan oleh H.Syamsul tidak berbading lurus dengan besarnya dukungan sementara masyarakat terhadap dirinya. Hasil Survey LSI yang dilakukan pada Maret-April 2007 paling tidak menjadi salah satu indikator rendahnya dukungan masyarakat terhadap dirinya. Meskipun banyak berbagai kalangan di Sumut yang masih meragukan hasil Survey tersebut. Berbagai kalangan ini meragukan karena minimnya responden yang disurvey –yakni hanya melibatkan 120 responden, dan sedikitnya wilayah kabupaten/kota yang menjadi sampel survey –yakni hanya 10 kabupaten/kota dari 26 kabupaten/kota yang ada di Sumut. Terlepas dari berbagai perdebatan akan keraguan hasil survey tersebut, paling tidak hasil survey ini menjadi informasi awal akan peta dukungan politik masyarakat Sumut terhadap calon-calon gubernur di Sumut.

Dalam kontek inilah kita dapat membedah lebih jauh strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh H.Syamsul Arifin dan timnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Lasswel bahwa proses komunikasi meliputi: Who Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatakan Apa, Melalui Saluran Apa, Kepada Siapa, Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah berupa unsur-unsur proses komunikasi, yaitu Communication (komunikasi), Message (pesan), Media (media), Receiver (komunikan/penerima), dan Effect (efek). H.Syamsul dan timnya dalam hal ini tidak mempertimbangkan akan feedback dari proses komunikasi politik yang sudah dilakukannya.

Betul bahwa, tidak ada satu jurus ”mustika” dalam politik . Namun jika strategi komunikasi politik yang dilakukan tidak memperhitungkan bagaimana feedback dari masyarakat, tentu kita hanya melakukan program politik namun tidak mampu mengukur sejauhmana atau seberapa besar dukungan masyarakat terhadap kandidat yang akan diusung. Inilah salah satu kelemahan yang dilakukan oleh H.Syamsul dan tim suksesnya. Mereka belum membuat mekanisme bagaimana menggali atau membangun feedback dari masyarakat. Padahal ini sangat penting dalam mendialogiskan berbagai kepentingan masyarakat dengan kandidat yang akan didukungnya. Kepercayaan publik tidak akan serta merta terbangun hanya dengan komunikasi satu arah. Proses dialogis akan semakin memperkuat kecendrungan dukungan masyarakat kepada kandidat.

Untuk melihat dukungan politik, tidak dapat dilakukan dengan berasumsi. Ini sangat berbahaya dalam pertarungan politik. Kita harus mengetahuinya secara nyata atau riil di masyarakat. Salah satu cara untuk mengetahui dukungan politik di masyarakat adalah dengan melalui voter intelegence . Teknologi politik yang sekarang sudah berkembang akan sangat membantu melihat prilaku politik masyarakat secara riil dan ilmiah. Berbagai bentuk kegiatan seperti: pooling, FGD, media analisis, dan penelitian ilmiah merupakan cara yang dapat digunakan untuk melakukan voter intelegence.

Inilah persoalan mendasar yang tidak dimiliki oleh H.Syamsul dan tim suksesnya. Sehingga sangatlah wajar jika hasil survey LSI menunjukkan dukungan sementara masyarakat terhadap H.Syamsul masih sangat rendah dibandingkan dengan calon-calon lain.

-------------------------------- ******* -------------------------------


Tanjung Sari, Medio September 2007
Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas ujian akhir semester Genap 2006/2007, Mata Kuliah Perspektif Komunikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar