Kamis, 13 Desember 2012

Mengurai Benang Merah Rusuh di Bangkalan


Selasa, 11 Des 2012 - 10.59 WIB
CentroOne.com

Surabaya - Kondisi Kota Bangkalan, jelang pelaksanaan Pemilihan Bupati pada Rabu (12/12/2012), terus memanas. Pendukung pasangan calon Bupati Imam Buchori dan calon Wakil Bupati Zaenal Alim (Imam-Zain), kecewa dengan keputusan KPU Bangkalan yang mencoret idolanya.
Sehingga Senin (10/12/2012) kemarin pun sempat terjadi rusuh di kota itu. Pendukung Imam-Zaen mengepung kantor KPU Bangkalan dan Panwas Bangkalan. Dua kantor itu pun dirusak. Wajah kota di sebagian ruas jalan juga berantakan.

Penyebab marahnya pendukung Imam-Zaen ini lantaran KPU mencoret pasangan itu agar tak ikut Pilbup Bangkalan. Awalnya, ada gugatan dari Partai Persatuan Nasional (PPN) yang sebelumnya bernama Partai Persatuan Daerah (PPD). Partai ini menggugat KPU Bangkalan melalui PTUN Surabaya karena merasa tak mendukung pasangan yang sebelumnya menempati nomor urut 1.
Sementara KPU Bangkalan yang kalah dalam gugatan itu tak melakukan banding. KPU Bangkalan justru menyatakan jika syarat administrasi pasangan Imam-Zaen tak lengkap dan mencoret pasangan itu agar tak ikut Pilbup Bangkalan sesuai putusan PTUN. Inilah yang menyebabkan massa pendukung pasangan itu mengamuk.

Pasangan itu juga diketahui sempat meminta KPU Bangkalan memberi waktu agar Pilbup ditunda atau diskorsing, karena pasangan ini sedang melakukan upaya ke pusat (MK).
Pasangan ini menilai sesuai aturan perundangan yang ada, yang bisa membatalkan keputusan atau penetapan KPU/KPUD adalah MK. Namun KPU Bangkalan tetap melaksanakan tahapan Pilbup sesuai jadwal.

Informasinya perubahan nama PPD jadi PPN hanya untuk kepentingan Pemilu 2014. Namun struktur nama kepengurusannya sampai tingkat bawah di partai itu tak berubah.
Massa pendukung Imam-Zaen itu pun berjanji akan menduduki KPU Bangkalan agar pelaksanaan Pilbup tak berlangsung Rabu alias minta skorsing waktu pelaksanaan.

Atas klaim itu, pihak lawan Imam-Zaen, yakni mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin yang mendukung anaknya maju di Pilbup, pasangan Muhamad Makmun Ibnu Muad-H Mondir siap melawan pihak yang berniat menggagalkan Pilbup Bangkalan Rabu (12/12/2012).

Melihat persoalan ini, Mochtar W Utomo, Dosen Komunikasi Politik, Fisip Universitas Trunojoyo menilai jika persoalan ini lumayan berat penyelesaiannya. Ada banyak faktor dalam kasus itu.
“Yang pertama adalah kejadian ini terulang seperti Pilbup Bangkalan 5 tahun lalu. Ra Imam (Imam Buchori, red) mengalami hal yang sama 5 tahun lalu. Juga terkait klaim dukungan yang menyebabkan dirinya gagal maju di Pilbup 2007. Hal ini yang melahirkan persoalan kemarahan saat ini. Yang kedua, ada konteks politik local yang memang sulit diurai. Ini tertimbun dan tak pernah selesai. Ini yang melahirkan ketidakpercayaan di Bangkalan,” ujar Mochtar.

Selain itu, kasus ini juga sudah masuk ranah politik sehingga menimbulkan banyak kepentingan atau interest satu dengan lainnya. Apalagi politik itu sifatnya jejaring, sehingga apa yang terjadi di Bangkalan juga bisa sampai ke pusat. 
“Saat ini, Ra Imam sendiri masih ada di Jakarta untuk menyelesaikan masalahnya, baik ke MK ataupun Dewan Kehormatan KPU untuk melaporkan ulah KPU Bangkalan. Yang dikhawatirkan, hal ini seperti kejadian Pamekasan. KPU setempat justru dibekukan karena persoalan serupa oleh KPU pusat. Jika ini yang terjadi, maka tahapan Pilbup tak bisa berlangsung sesuai jadwal dan sudah pasti pasangan lain dan massa pendukungnya yang akan marah. Sehingga penyelesaian kasusnya semakin berbuntut panjang,” kata pengajar Pascasarjana di Universitas Dr Soetomo ini.

Untuk mengambil langkah yang tepat, seperti menghadirkan tokoh penengah seperti kiai, juga sulit. Padahal di kultur Madura, peran kiai ini sangat sentral atau penting. Tapi, kata Mochtar, hal itu pun sudah terpecah. Sebab, Ra Imam dan Ra Fuad Amin sama-sama sosok ulama di mata warga Bangkalan. Justru kejadian ini tak menjadi atau tak memberi pendidikan politik yang baik terhadap warga.

“Leader lokal sendiri tak bisa diharapkan menyelesaikan ini. Justru secara tingkatan struktural, Gubernur Jatim yang harus mengambil perannya. Gubernur bisa mengambil langkah tepat untuk meredam permasalahan tersebut,” jelas dia.

Apakah di Bangkalan tak ada tokoh kiai? Menurut Mochtar, dulu ada sosok Mbah Dullah, namun kiai yang dihormati di Bangkalan ini sudah wafat. Padahal sosok Mbah Dullah ini bisa jadi penengah persoalan seperti ini.

“Kalau sosok KH Cholilul Rahman, tentu sulit menemuinya. Sebab ini bukan kiai masyur tapi kiai mastur yang tak mau tampil. Dengan intervensi militer juga akan semakin sulit menyelesaikannya. Ini puncak akumulasi kemarahan massa pendukung Imam-Zaen,” tandas peneliti di Surabaya Survei Center ini.

Oleh: Windhi Ariesman - Editor: Masruroh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar