Surabaya. Cetroone.Com 14/12/2012 - Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) dari waktu ke
waktu semakin tak menarik perhatian publik. Ini dibuktikan dengan
rendahnya tingkat partisipasi pemilih di berbagai Pemilukada di
nusantara ini.
Contoh kecilnya di kawasan Jatim. Pelaksanaan Pemilukada yang sudah
berlangsung ada di Sampang, Bangkalan dan Nganjuk. Tingkat partisipasi
di tiga wilayah dalam menyambut Pemilukada sangat kecil. Tiga tempat itu
melaksanakan Pemilukada dalam waktu bersamaan, Rabu (12/12/2012).
Dari tiga kabupaten itu, yang paling rendah partisipasi pemilihnya
adalah di Kabupaten Bangkalan. Berdasar riset yang dilakukan Surabaya
Survey Center (SSC), partisipasi pemilih hanya sebesar 58,50 persen dari
total warga.
“Artinya, angka golput di Kabupaten Bangkalan mencapai 41,50 persen.
Sementara di Nganjuk partisipasi pemilih mencapai 60 persen dan di
Kabupaten Sampang mencapai 75 persen,” ujar Mochtar W Oetomo selaku
Direktur SSC, Jumat (14/12/2012).
Dosen Komunikasi Politik di Universitas Trunojoyo Madura ini juga
menegaskan, rendahnya partisipasi pemilih merupakan sebuah ironi
demokrasi. Pasalnya, tegaknya demokrasi di suatu bangsa ditentukan
tingkat partisipasi publik di Pemilu.
“Ini juga menunjukkan kegagalan proses-proses agregrasi, rekruitment,
artikulasi, konsolidasi dan mobilisasi politik yang menjadi tanggung
jawab partai politik. Rendahnya partisipasi pemilih menunjukkan bahwa
Pemilukada tidak lagi menjadi momentum yang menarik dan menggairahkan
bagi publik,” tambah Mochtar.
Salah satu penyebabnya, kata Mochtar, karena tidak menariknya
kandidat yang bertarung di Pemilukada tersebut. Publik jenuh dan bosan
dengan kontestan para kandidat yang dari Pemilukada satu ke Pemilukada
berikutnya hanya diisi dan didominasi oleh sosok itu-itu saja.
Partai politik gagal dalam menjalankan proses kaderisasi, terbukti
tidak mampu menyediakan kandidat yang diusung sebagai magnet yang mampu
menarik publik untuk datang ke bilik suara.
“Rata-rata, kandidat yang maju juga memiliki sikap tak siap kalah.
Sehingga berbagai cara ditempuh untuk menang. Seperti black campaign
sampai money politik. Realitas ini membuat gairah publik berpartisipasi
semakin menurun, karena Pemilukada tidak lagi sexy,” beber alumnus
Universiti Sains Malaysia ini.
Oleh: Windhi Ariesman - Editor: Masruroh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar