WASPADA ONLINE
(WOL Photo)
JAKARTA
- Hasil survei Institut Survei Indonesia (INSIS) yang dipublikasikan di
Jakarta, hari ini, , menyimpulkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, sebagai politisi muda paling
populer, tapi kurang disukai.
Peneliti INSIS, Mochtar W. Oetomo,
menjelaskan bahwa popularitas Anas Urbaningrum mencapai 82,05 persen,
melampaui popularitas politisi muda lainnya.
Menurut dia,
popularitas politisi muda lainnya, yakni Ketua DPP Partai Golkar, Priyo
Budi Santoso, berada di posisi kedua dengan popularitas 77,10 persen
kemudian, Anggota Dewan Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid (74,11 persen),
mantan Sekjen PDI Perjuangan, Pramono Anung (73,73 persen), Ketua PDI
Perjuangan, Puan Maharani (71,49 persen), serta Ketua Partai Hanura,
Akbar Faisal (69,15 persen).
Meskipun Anas Urbaningrum merupakan
politisi muda paling populer, menurut Muchtar, tapi tingkat kesukaan
masyarakat atau elektabilitas hanya berada di peringkat kelima dengan
tingkat keseukaan 37,17 persen persen.
Politisi muda yang paling
disukai adalah Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, dengan
tingkat kesukaan 53,73 persen, kemudian Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan
Maharani (51,02 persen), mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan Pramono Anung
(49,53 persen).
Selanjutnya, anggota Majelis Syuro PKS, Hidayat
Nur Wahid (47.75 persen), Sekjen DPP PDI Perjuangan, Tjahjo Kumolo
(43,08 persen), Ketua DPP PAN, Zulkofli Hasan, Politisi PDI Perjuangan,
Budiman Sujatmiko (38.13 persen), serta Anas Urbaningrum (37.17 persen).
Mochtar
memperkirakan, Anas Urbaningrum adalah figur yang paling populer karena
sangat sering tampil di media massa, tapi kurang begitu disukai karena
Partai Demokrat selalu menghadapi kendala yakni terkait kasus dugaan
korupsi.
"Beberapa politisi Partai Demokrat tersandung kasus
korupsi dan mempengaruhi tingkat kesukaan masyarakat terhadap politisi
Partai Demokrat," katanya.
Mochtar menjelaskan, survei dilakukan
terhadap 1.070 responden yang tersebar di 33 provinsi pada periode 16
Nopember hingga 4 Desember 2012.
Survei dilakukan dengan metode
wawancara tatap muka yang sampelnye dipilih secara acak dengan pola
multistage random sample, dengan tingkat kesalahan tiga persen.
Tingkat
pendidikan responden, menurut dia, mulai dari tidak berpendidikan
hingga berpendidikan doktor dan mayoritas berpendidikan SLTA sebanyak
42, 61 persen. (dat03/antara) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar