Senin, 10 Desember 2012
JAKARTA (Suara Karya): Momentum reshuffle terkait kekosongan jabatan
Menteri Pemuda dan Olahraga yang ditinggalkan Andi Alifian Mallarangeng
merupakan kesempatan terakhir bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
untuk mengevaluasi total kabinetnya.
Demikian dikemukakan pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gun Gun Heryanto dan Direktur Lingkar Madani (Lima) untuk Indonesia Ray
Rangkuti, di Jakarta, kemarin.
Gun Gun menilai, Presiden harus memanfaatkan momentum ini untuk
melakukan evaluasi menyeluruh terhadap menteri-menteri Kabinet Indonesia
Bersatu (KIB) II.
"Karena, SBY sudah dua kali menjadi presiden, dan manurut aturan, tak
bisa maju lagi. Karena itu, SBY harus meninggalkan legasi untuk bangsa
ini. Dan peluang emas itu adalah merombak total kabinetnya untuk
memperbaiki kinerja pemerintah," kata Gun Gun.
Andi Mallarangeng mundur dari jabatan Menpora karena ditetapkan sebagai
tersangka kasus korupsi proyek Hambalang oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Gun Gun mengatakan, sejak Juli 2012 telah ada pernyataan beredar
terkait sejumlah kementerian yang kongkalikong dengan legislatif dalam
hal anggaran. Demikian pula yang dilaporkan Seskab Dipo Alam ke KPK
menyangkut keterlibatan beberapa kementerian.
"Ini kian mempertegas bahwa bisa jadi Istana tahu benar praktik korupsi
politik yang dilakukan orang-orang di kementerian," katanya.
Menurut dia, apabila terdapat data verifikatif dan faktual, bukan
karena semata-mata skenario manajemen konflik dengan cara membuka dan
menutup kasus tertentu, maka Presiden SBY berkepentingan membereskan
perilaku koruptif yang terjadi di birokrasi di bawah kepemimpinannya.
"Belum lagi ukuran-ukuran key performance index (KPI) yang selalu
diberikan masukan oleh UKP4, kan bisa menjadi dasar faktual bagi
Presiden untuk mengevaluasi menteri-menteri di bawahnya," katanya.
Ia menilai, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan
perombakan total kabinet, karena masa jabatan Presiden SBY tidak lama
lagi akan berakhir.
"Tak mungkin SBY melakukan reshuffle berdekatan dengan proses turunnya
dia dari kekuasaan. Tahun depan sudah sangat mepet dan rasanya reshuffle
sama sekali tidak akan punya nilai lagi karena kehilangan momentum,"
ujarnya.
Andi Mallarangeng memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
Menpora pada Jumat (7/12). Ia juga telah mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai Sekretaris Dewan Pembina dan Sekretaris Majelis
Tinggi Partai Demokrat.
Andi Mallarangeng menekankan bahwa pengunduran dirinya tersebut
merupakan inisiatifnya sendiri seiring penetapan dirinya sebagai
tersangka kasus korupsi proyek Hambalang oleh KPK.
Hal sama disampaikan Ray Rangkuti. Menurut dia, Presiden harus tegas
dan cepat tanggap merespons keinginan publik. "Evaluasi total adalah
solusi untuk memperbaiki kinerja pemerintah. Apalagi, masa kerja SBY
sebentar lagi berakhir dan akan makin banyak tersita untuk memikirkan
partainya," ucap Ray.
Seiring itu, citra Partai Demokrat juga makin runtuh. Hasil survei
Institut Survei Indonesia (Insis) yang dipublikasikan di Jakarta,
Minggu, menyimpulkan bahwa Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas
Urbaningrum sebagai politisi muda paling populer tetapi tak disukai
publik.
Peneliti INSIS Mochtar W Oetomo menjelaskan, popularitas Anas mencapai
82,05 persen, melampaui popularitas politisi muda lainnya.
Meski merupakan politisi muda paling populer, menurut Muchtar, namun
tingkat kesukaan masyarakat atau elektabilitas Anas hanya berada di
peringkat kelima dengan tingkat kesukaan 37,17 persen persen.
Politisi muda yang paling disukai adalah Ketua DPP Partai Golkar Priyo
Budi Santoso dengan tingkat kesukaan 53,73 persen, kemudian Ketua DPP
PDI Perjuangan Puan Maharani (51,02 persen), mantan Sekjen DPP PDI
Perjuangan Pramono Anung (49,53 persen).
Selanjutnya, anggota Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (47,75
persen), Sekjen DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo (43,08 persen), Ketua
DPP PAN Zulkifli Hasan, Politisi PDI Perjuangan Budiman Sujatmiko (38.13
persen).
Mochtar memperkirakan, Anas Urbaningrum adalah figur yang paling
populer karena sangat sering tampil di media massa. Tetapi, ia kurang
begitu disukai karena Partai Demokrat terkait kasus dugaan korupsi.
Mochtar menjelaskan, survei itu dilakukan terhadap 1.070 responden yang
tersebar di 33 provinsi pada periode 16 November hingga 4 Desember
2012.
Survei itu menggunakan metode wawancara tatap muka yang sampelnye
dipilih secara acak dengan pola multistage random sample serta tingkat
kesalahan 3 persen. Tingkat pendidikan responden, menurut dia, mulai
dari tidak berpendidikan hingga berpendidikan doktor dan mayoritas
berpendidikan SLTA sebanyak 42, 61 persen.
Di pihak lain, tadi malam, sejumlah petinggi DPP Partai Demokrat mulai
berdatangan ke Cikeas. Mereka mendengarkan arahan dari Ketua Dewan
Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait beberapa
isu hangat yang menerpa partai berlambang bintang mercy itu saat ini.
Tampak antara lain, Anas Urbaningrum, Ruhut Sitompul, Jero Wacik, dan
EE Mangindaan, yang tiba di kediaman SBY berturut-turut sekitar pukul
20.00 WIB. Pertemuan yang berlangsung tertutup itu dimulai 20.30 WIB.
Namun, karena mayoritas pengurus DPP dan anggota masih menghadiri
resepsi pernikahan anak dari Ketua Devisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP
Partai Demokrat Deny Kailimang, acara pun diundur 2,5 jam. Kendaraan
para petinggi Demokrat tiba di Cikeas melalui dua jalur, yakni gerbang
depan kompleks Puri Cikeas dan melalui gerbang belakang. Tidak terlihat
adanya bus yang biasanya dipakai anggota fraksi yang datang secara
rombongan.
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Nurhayati Ali Assegaf menjelaskan,
pertemuan para politisi Partai Demokrat dengan SBY sama sekali tak
menyinggung masalah status tersangka yang dikenakan KPK terhadap Andi
Mallarangeng.
"Sama sekali tidak disinggung soal itu," katanya kepada wartawan yang
mencegatnya usai pertemuan di Cikeas, Bogor, Minggu (9/12) malam.
Nurhayati menyatakan, Andi Mallarangeng juga tak hadir. Sebab, selain
mundur dari KIB II, Andi Mallarangeng juga mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat. "Karena
telah mengundurkan diri, makanya beliau tidak hadir," ujar Nurhayati,
yang didampingi Saan Mustopa dan Ruhut Sitompul.
Menyinggung siapa kader Demokrat yang ditunjuk mengisi posisi
Sekretaris Dewan Pembina, menurut dia, juga tidak disinggung SBY, meski
diakui posisi tersebut amat diperlukan dalam konsolidasi internal partai
menjelang Pemilu 2014.
"Tapi kan nggak harus buru-buru diisi lagi. Kosong sementara biasa saja," ujar politisi wanita asal Malang, Jawa Timur, ini.
Sementara itu, Presiden SBY, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai
Demokrat, diminta cepat memilih pengganti Andi Mallarangeng untuk
mengisi kursi lowong Menteri Pemuda dan Olahraga. Menpora baru pun punya
segudang tugas membenahi olahraga nasional.
"Harus cepat terpilih, jangan lama-lama karena Menpora yang baru punya
banyak tugas yang harus dikerjakan," kata anggota Komisi X DPR Raihan
Iskandar.
Meski harus cepat menentukan pengganti Andi, pilihan siapa menteri
baru, lanjut Raihan itu, menjadi hak prerogatif Presiden. "Kita cuma
berharap siapa pun yang terpilih bisa mengembangkan olahraga, utamanya
dari sisi prestasi," ucapnya.
Raihan mengaku tak mempermasalahkan Menpora yang berasal dari kader
partai, asalkan menteri baru itu komitmen memisahkan urusan politik
dengan olahraga nasional. "Jangan sampai olahraga terkontaminasi urusan
2014," katanya. (Feber S/Tri Handayani/Rully)
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=316904
Tidak ada komentar:
Posting Komentar